top of page

Perjalanan Kami

Cerita Dhana

 

Tahu tentang Nita setelah Mama cerita, ya.. Mama yang waktu itu datang mendadak ke Bogor, mencoba menghubungiku untuk bisa bertemu. Tapi anehnya, HP Mama tidak bisa digunakan. Entah, padahal pulsa masih banyak, baterai juga masih ada.Setelah mencoba untuk bertanya meminta bantuan ke sana-sini, Mama bertemu dengan seorang gadis di tempat foto copy.

 

Namanya Nita, begitu Mama mengenalnya kemudian. Nita menawarkan bantuannya untuk menghubungiku dengan HPnya. Ajaib. Bisa, dan akhirnya nomor Nita kusimpan.Kata Mama, dari pertemuan singkatnya dengan Nita, Nita anak baik dan ramah. :lol: Aku hanya sempat mengucapkan terima kasih via sms. Seminggu setelahnya baru aku coba untuk menghubunginya.

 

Sebulan SMS-an baru kemudian pengen ketemu, karena bocah ini suka banget ikut kegiatan, memanfaatkan moment sebelum Nita terbang ke Padang untuk ikut konferensi mahasiswa. Yak, dan kedai bakso samping kostnya menjadi saksi kami yang sangat kontras. Nita yang talkative dan aku sebagai penyimak. :D Baru menyadari tentang perasaan yang berbeda setelah Nita berada di Padang, dan mulai memanggilnya “Dek Nita”.She’s a lovely girl, suka maksa, sabar banget ngadepin saya yang moody, kadang meledak-ledak, tapi saya menyayanginya. Ehm..ehm.. Lima tahun bukan waktu yang singkat, apalagi kami pernah putus, tapi kemudian saat restu Ibu Nita saya kantongi, aku mantap meminangnya.

 

From friend to lover. Meski kadang kami tak sejalan, lelah dan nyaris menyerah. Aku selalu yakin, Tuhan menciptakan jalan untuk Mama bertemu Nita bukan tanpa tujuan. Dan kini aku mantap mempersiapkan diri menjadi imamnya, imam dalam keluarga kami.

Cerita Nita

 

Dulu saya pikir setelah kegagalan kisah cinta saya, saya gak berhak dapat cinta lagi. Yaa kayak lagunya Titi DJ yang “Sang Dewi” itu. Saya sedih sekali karena karena perasaan sakit ini melibatkan keluarga. Haha :) Sampai kemudian suatu hari saat saya sedang kalang kabut nyiapin bahan buat UAS (ketahuan kan malasnya), saya ketemu dengan seorang Ibu yang mencari anaknya tapi bilang HPnya ga bisa buat hubungi anaknya. Sempet berpikir bahwa Ibu ini adalah tukang palak (saat itu di kampus lagi sering banget ada yg modusnya nyari saudara).

 

Tapi setelah cek HP Ibu itu, saya berbaik sangka dan meminjamkan HP saya untuk digunakan menghubungi anaknya.Olalaa, dari situ akhirnya saya bisa SMS-an lagi dengan lelaki. Setelah sebelumnya sedikit membenci lelaki :lol: Kok ngerasa nyaman,, ya berlanjut deh. Syukur ternyata dia memiliki koneksi yang sama.Sempat putus nyambung karena saya yang gak sabar pengen segera dinikahi, sementara Mas Dhana belum siap mental dan materi, karena sedang membangun usahanya. Sebenarnya saat itu karena ngerasa ditinggal sahabat yang satu demi satu menikah.

 

Sempat juga mencoba membuka diri untuk beberapa cinta yang lain.. hehehehe tapi ujung-ujungnya kepadanya saya kembali. Lima tahun kenal, lima tahun juga banyak air mata dan tawa yang mengiringi perjalanan kami. Sampai kemudian Mas Dhana meminta saya mantap berjalan di sisinya tanpa sisa cinta yang lain. About him: kadang diam, suka nge-game, kadang moody, sabar banget ngadepin saya. Menenangkan saya dengan caranya yang unik. Selalu dukung saya dan tak pernah banding-bandingin saya dengan mantan pacarnya. (Hyaiya karena memang Mas Dhana gak pernah punya pacar selain saya)

 

And now, saya bersiap diri untuk utuh menjadi ma’mumnya. :)

bottom of page